Film Joker yang tayang sejak 2 Oktober di Indonesia memang banyak menimbulkan kontroversi di beberapa negara. Beberapa menganggap film Joker ini berpotensi menginspirasi tindak kekerasan dan memicu seseorang dengan mental issue.
Di media sosial beberapa orang dengan masalah kesehatan mental mengeluhkan rasa pusing, mual, lemas, dan gemeteran setelah menyaksikan film Joker. dr Agung Frijanto SpKJ, sekretaris PP PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia), menjelaskan bahwa memang audio dan visual dapat memicu seseorang yang rentan.
"Jadi paparan audio visual yang negatif seperti kekerasan atau kriminal itu bisa men-triggered seseorang. Terlebih anak-anak dan mereka yang mentalnya rentan itu bisa buat imajinasi berkembang jadi takut, cemas, dan bisa merubah perilaku juga," jelas dr Agung.
Dokter Agung berpesan bagi Anda yang merasakan gejala anxious setelah nonton Joker untuk segera konsultasikan ke dokter. Ia juga berpesan untuk menyesuaikan film atau hiburan dengan kondisi dan kebutuhan kita. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca resensi film sebelum menonton.
"Periksakan ke dokter kalau merasa anxious. Kalau kita baca resensi film dan kita tahu kita tipe pencemas ya sebaiknya sesuaikan film. Cari aja film yang menghibur. Jangan memaksakan diri. Sesuaikan film dan hiburan dengan kebutuhan," tandas dr Agung.
Minggu, 03 November 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar